Mahasiswa Sastra Indonesia Magang di Radar Jember Menjadi Sosok di Balik Terciptanya Narasi Berita
[:en]
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan program yang diselenggarakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka menggali potensi mahasiswa secara profesional. Program ini menggandeng beberapa mitra, salah satunya adalah Jawa Pos Radar Jember yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 99, Kepatihan, Kaliwates, Kabupaten Jember. Radar Jember merupakan salah satu media cetak yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang ingin menambah pengalaman di dunia kerja, khususnya dunia media massa, melalui program MBKM.
Pembagian jobdesk yang disediakan oleh Radar Jember di antaranya adalah reporter, copy editor, layouter, content creator, videographer, event organizer, marketing, dan host. Salah satu posisi yang berperan besar dalam penerbitan berita adalah reporter. Terdapat beberapa mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNEJ mengisi posisi sebagai reporter, yaitu Celsya Martina Anjali, Kuntari Pangestika, Prita Puspita Sari, Riri Artiani, dan Sinta Nuria. Pekerjaan yang dilakukan dalam posisi ini adalah menyusun berita dengan cara mencari topik, narasumber, menyusun pertanyaan, melakukan wawancara, mengolah data hasil wawancara menjadi narasi berita maupun infografis melalui kuesioner yang dibagikan di media sosial.
Terdapat beragam alasan untuk memilih posisi reporter, salah satunya yang diuangkapkan Prita Puspita Sari. “Aku sebenernya pengen jadi reporter lisan, tapi dari pihak Radar Jember tidak menyediakan hal tersebut. Jadi, reporter ditugaskan merangkap menjadi wartawan sekaligus reporter tulis,” ujar Prita, Kamis (14/10).
Di masa pandemi ini, magang masih belum dapat sepenuhnya dilakukan secara luring. Work From Home atau WFH menjadi solusi agar program MBKM tetap berjalan. “Jadi, kita ke kantor setiap hari Selasa untuk melakukan evaluasi e-paper edisi minggu lalu,” pungkas Kuntari salah satu reporter, Kamis (14/10). Alhasil, reporter bekerja di mana saja, seperti di kafe, indekos, dan tempat lainnya.
Menjadi reporter dirasa cukup menantang karena diharuskan peka terhadap keadaan sekitar, karena berita muncul dari kepekaan diri terhadap lingkungan. Dengan menjadi reporter juga dapat memperoleh berbagai benefit, seperti menambah relasi baru, menambah pengalaman, dan dapat melatih skill membaca dan menulis. Namun demikian tugas sebagai repoter menuntut kerja keras dan effort lebih, misalnya harus wara-wiri mencari berita, menghadapi kesulitan dalam mencari topik berita, menyita banyak waktu, tenaga, bahkan biaya.
Begitulah pengalaman menjadi reporter yang dihadapi oleh mahasiswa magang Sastra Indonesia di Radar Jember. Meskipun begitu, mereka tetap semangat menjalani posisinya demi mendalami minat yang dimiliki.
(Kontributor: Nisrina Shany Yasinta, mahasiswa Sastra Indonesia)
[:de]
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan program yang diselenggarakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka menggali potensi mahasiswa secara profesional. Program ini menggandeng beberapa mitra, salah satunya adalah Jawa Pos Radar Jember yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 99, Kepatihan, Kaliwates, Kabupaten Jember. Radar Jember merupakan salah satu media cetak yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang ingin menambah pengalaman di dunia kerja, khususnya dunia media massa, melalui program MBKM.
Pembagian jobdesk yang disediakan oleh Radar Jember di antaranya adalah reporter, copy editor, layouter, content creator, videographer, event organizer, marketing, dan host. Salah satu posisi yang berperan besar dalam penerbitan berita adalah reporter. Terdapat beberapa mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNEJ mengisi posisi sebagai reporter, yaitu Celsya Martina Anjali, Kuntari Pangestika, Prita Puspita Sari, Riri Artiani, dan Sinta Nuria. Pekerjaan yang dilakukan dalam posisi ini adalah menyusun berita dengan cara mencari topik, narasumber, menyusun pertanyaan, melakukan wawancara, mengolah data hasil wawancara menjadi narasi berita maupun infografis melalui kuesioner yang dibagikan di media sosial.
Terdapat beragam alasan untuk memilih posisi reporter, salah satunya yang diuangkapkan Prita Puspita Sari. “Aku sebenernya pengen jadi reporter lisan, tapi dari pihak Radar Jember tidak menyediakan hal tersebut. Jadi, reporter ditugaskan merangkap menjadi wartawan sekaligus reporter tulis,” ujar Prita, Kamis (14/10).
Di masa pandemi ini, magang masih belum dapat sepenuhnya dilakukan secara luring. Work From Home atau WFH menjadi solusi agar program MBKM tetap berjalan. “Jadi, kita ke kantor setiap hari Selasa untuk melakukan evaluasi e-paper edisi minggu lalu,” pungkas Kuntari salah satu reporter, Kamis (14/10). Alhasil, reporter bekerja di mana saja, seperti di kafe, indekos, dan tempat lainnya.
Menjadi reporter dirasa cukup menantang karena diharuskan peka terhadap keadaan sekitar, karena berita muncul dari kepekaan diri terhadap lingkungan. Dengan menjadi reporter juga dapat memperoleh berbagai benefit, seperti menambah relasi baru, menambah pengalaman, dan dapat melatih skill membaca dan menulis. Namun demikian tugas sebagai repoter menuntut kerja keras dan effort lebih, misalnya harus wara-wiri mencari berita, menghadapi kesulitan dalam mencari topik berita, menyita banyak waktu, tenaga, bahkan biaya.
Begitulah pengalaman menjadi reporter yang dihadapi oleh mahasiswa magang Sastra Indonesia di Radar Jember. Meskipun begitu, mereka tetap semangat menjalani posisinya demi mendalami minat yang dimiliki.
(Kontributor: Nisrina Shany Yasinta, mahasiswa Sastra Indonesia)
[:]
[:de]Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan program yang diselenggarakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka menggali potensi mahasiswa secara profesional. Program ini menggandeng beberapa mitra, salah satunya adalah Jawa Pos Radar Jember yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 99, Kepatihan, Kaliwates, Kabupaten Jember. Radar Jember merupakan salah satu media cetak yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang ingin menambah pengalaman di dunia kerja, khususnya dunia media massa, melalui program MBKM.Pembagian jobdesk yang disediakan oleh Radar Jember di antaranya adalah reporter, copy editor, layouter, content creator, videographer, event organizer, marketing, dan host. Salah satu posisi yang berperan besar dalam penerbitan berita adalah reporter. Terdapat beberapa mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNEJ mengisi posisi sebagai reporter, yaitu Celsya Martina Anjali, Kuntari Pangestika, Prita Puspita Sari, Riri Artiani, dan Sinta Nuria. Pekerjaan yang dilakukan dalam posisi ini adalah menyusun berita dengan cara mencari topik, narasumber, menyusun pertanyaan, melakukan wawancara, mengolah data hasil wawancara menjadi narasi berita maupun infografis melalui kuesioner yang dibagikan di media sosial.
Terdapat beragam alasan untuk memilih posisi reporter, salah satunya yang diuangkapkan Prita Puspita Sari. “Aku sebenernya pengen jadi reporter lisan, tapi dari pihak Radar Jember tidak menyediakan hal tersebut. Jadi, reporter ditugaskan merangkap menjadi wartawan sekaligus reporter tulis,” ujar Prita, Kamis (14/10).
Di masa pandemi ini, magang masih belum dapat sepenuhnya dilakukan secara luring. Work From Home atau WFH menjadi solusi agar program MBKM tetap berjalan. “Jadi, kita ke kantor setiap hari Selasa untuk melakukan evaluasi e-paper edisi minggu lalu,” pungkas Kuntari salah satu reporter, Kamis (14/10). Alhasil, reporter bekerja di mana saja, seperti di kafe, indekos, dan tempat lainnya.
Menjadi reporter dirasa cukup menantang karena diharuskan peka terhadap keadaan sekitar, karena berita muncul dari kepekaan diri terhadap lingkungan. Dengan menjadi reporter juga dapat memperoleh berbagai benefit, seperti menambah relasi baru, menambah pengalaman, dan dapat melatih skill membaca dan menulis. Namun demikian tugas sebagai repoter menuntut kerja keras dan effort lebih, misalnya harus wara-wiri mencari berita, menghadapi kesulitan dalam mencari topik berita, menyita banyak waktu, tenaga, bahkan biaya.
Begitulah pengalaman menjadi reporter yang dihadapi oleh mahasiswa magang Sastra Indonesia di Radar Jember. Meskipun begitu, mereka tetap semangat menjalani posisinya demi mendalami minat yang dimiliki.
(Kontributor: Nisrina Shany Yasinta, mahasiswa Sastra Indonesia)[:]
Comments are Closed